Selasa, Agustus 07, 2012

Senin Itu

Lalu, awan mendung memanggilnya dengan sangat hati-hati. Hujan tak pernah bosan untuk terjun ke Bumi, dan sore itu hujan benar datang lagi. Mengguyur seluruh tubuhnya, dan menyejukkan kemarau yang rindu terhadap rintiknya. Isak tangisnya tersamarkan dengan suara guntur yang menggelegar. Lagi-lagi, ia harus seperti ini.

Cinta yang menancap kuat di nadinya, kini terkubur di gundukkan tanah bernisan. Hanya ukiran nama itu yang kekal disana. Tak ada lagi dongeng mereka yang indah, ataupun kenangan manis yang terukir. Hanya separuh cinta yang tersisa, yang tengah melanjutkan perjuangan hidup. Tanpa separuh cinta lagi yang telah terkubur bersama hujan, senin itu.

Kamar Lelaki, 2012.

0 komentar: